Breaking News

BERSIH DESA ATAU NYADRAN DI DESA MUNGGUT KUATKAN KERUKUNAN ANTAR WARGA.






Jejakkasus.id-Ngawi,

   Bulan juni ini atau disebut juga bulan besaran dalam kalender Islam dipandang sebagai bulan penting bagi masyarakat Jawa. Bulan ini merupakan bulan pelaporan atas segala amal perbuatan manusia. Di bulan ini pula masyarakat Jawa menghaturkan sembah bakti kepada arwah leluhur yang telah menghadap sang Kuasa. Wujud bakti kepada arwah leluhur disimbolkan melalui upacara adat sadranan atau nyadran. Setiap bulan ruwah tiba masyarakat Jawa di berbagai tempat menggelar tradisi sadranan. Tak terkecuali pula masyarakat Desa munggut kecamatan padas kabupaten ngawi.(09/06/2025) Mereka menggelar sadranan setiap bulan besaran di sendang desa munggut dimana disitu adalah makam tertua leluhur masyarakat desa munggut.

   Sejak pagi hari masyarakat Desa munggut berkumpul syukuran atau orang jawa biasa menyebutnya selametan di makan per dusun masing-masing dan setelah itu siang harinya warga berkumpul lagi di makam leluhur mereka yang masyarakat ngawi menyebutnya sendang itu,untuk melaksanakan upacara sadranan. Mereka menaburkan bunga dan membaca tahlil untuk mendoakan arwah para leluhur agar diampuni dosa-dosanya dan diterima arwahnya di sisi Tuhan Yang Maha Kuasa.

   ‎Selain memanjatkan doa mereka juga menyiapkan sesaji berupa nasi gurih, panggang ayam dan jajan pasar bila ada. Sesaji berupa makanan ini merupakan ungkapan rasa syukur warga kepada Tuhan atas limpahan rejeki yang telah diterima.

   ‎Sesaji yang wujudnya bermacam-macam ini meyimbolkan makna kerukunan. Warga dengan bermacam karakter berkumpul bersama dengan satu tekad dan satu tujuan untuk kegiatan kebaikan. Demikian ungkap sekdes desa munggut mustaqim s.adm.

‎Setelah selesai melakukan doa bersama warga kemudian membagikan sesaji makanan yang telah disiapkan kepada seluruh warga yang hadir di sendang tersebut. Saat mereka makan bersama seolah tak ada sekat yang memisahkan. Semua warga berkumpul menjadi satu dalam suasana kerukunan. Melalui tradisi makan bersama ini pula terkandung harapan agar seluruh warga desa munggut khususnya mendapatkan barokah baik berupa keselamatan maupun limpahan rejeki dari Tuhan Yang Maha Esa.

   ‎Menurut kepala desa munggut muhammad ilham Tradisi sadaranan di Desa munggut merupakan warisan dari para pinisepuh di desa setempat. Para pinisepuh tersebut menggagas untuk menggelar sadranan guna mengirim doa kepada arwah leluhur yang telah menghadap sang Pencipta. Mereka pun menentukan hari baik untuk menggelar sadranan yakni pada bulan besaran setiap tahunnya.

   ‎Di samping untuk mendoakan arwah para leluhur sadranan juga efektif untuk menjaga kerukunan warga. Dalam acara tersebut seluruh warga munggut berkumpul di sendang yang dibangun sejak berdirinya desa tersebut. Mereka saling bergotong royong membersihkan makam dan mengirim doa untuk arwah leluhur masing-masing.pada puncak acara pada siang harinya di teruskan dengan acara langen bekso/gambyongan di mana seluruh warga desa munggut berkumpul menghadiri hiburan gambyongan,selain sebagai hiburan untuk warganya juga untuk kerukunan dan saling mengeratkan antar warga desa munggut agar selalu rukun dan senantiasa untuk tidak melupakan adat istiadat yang di wariskan oleh leluhur kita sampai anak cucu kita kelak,"pungkas kades ilham.(wik/ADV)




Para pratiwi asih: jejakkasus.id

© Copyright 2022 - JEJAKKASUS.ID