Sawahlunto.Jejak Kasus.id
Krisis air kembali melanda Kota Sawahlunto. Musim kemarau panjang membuat debit air PDAM menurun drastis. Aliran yang biasanya deras kini hanya menetes, bahkan di beberapa titik tidak mengalir sama sekali. Kondisi ini memicu kepanikan masyarakat, terutama para pelaku usaha yang sangat bergantung pada ketersediaan air.
Sektor peternakan unggas menjadi salah satu yang terdampak paling parah. Kekurangan air tidak hanya mengganggu proses produksi, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup ratusan ribu ekor ayam, bebek, puyuh, dan itik.
“Jika air tidak kembali dalam 15 hari, kami terpaksa menutup kandang dan menjual aset,” keluh seorang peternak pemilik 2.000 ekor ayam,pada awak media pada 24/11/2025 dengan suara bergetar di antara desing mesin pendingin kandang yang hampir mati.
Salah seorang peternak lokal yang memiliki belasan ribu unggas juga menyuarakan kekhawatiran serupa. “Peternak butuh hidup di Sawahlunto. Semua pelaku usaha harus mendapat kepastian. Pemerintah, swasta, dan perbankan harus bersinergi agar sektor ini tidak runtuh,” tegas nya
Data dari Dinas Pertanian menunjukkan terdapat 150 unit peternakan unggas—atau 30% dari total usaha unggas berskala besar di Sawahlunto—yang mengandalkan PDAM sebagai satu-satunya sumber air.
Tanpa suplai air, sebanyak 22 unit peternakan (15%) diproyeksikan gulung tikar dalam dua minggu ke depan. Dampaknya bukan hanya hilangnya puluhan ribu ekor unggas, tetapi juga hilangnya mata pencaharian bagi para pekerja dan keluarga peternak.
Sawahlunto kini berada di persimpangan: apakah pemerintah daerah bergerak cepat untuk mengatasi krisis, atau justru menyaksikan ribuan unggas mati dan para peternak terpaksa meninggalkan sektor yang telah mereka tekuni selama bertahun-tahun.
Para peternak mendesak pemerintah daerah untuk segera mengambil langkah konkret sebelum krisis air ini berubah menjadi bencana ekonomi bagi komunitas peternak di Sawahlunto.
Yanto.Jejak Kasus.id


Social Header