Purworejo – Dalam rangka peringatan Hari Pahlawan, Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara resmi telah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada sepuluh tokoh terkemuka di Indonesia. Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Presiden RI No 116/TK Tahun 2025 yang ditetapkan pada tanggal 10 November 2025.
Daftar sepuluh nama tersebut segera menarik perhatian publik karena memuat tokoh-tokoh yang dikenal memiliki peran sentral sekaligus kontroversial dalam sejarah bangsa, yakni Presiden ke-2 Soeharto dan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), serta aktivis buruh yang gugur, Marsinah.
Pemberian gelar Pahlawan Nasional, khususnya kepada Jenderal Besar TNI Soeharto, yang memimpin Orde Baru selama 32 tahun, langsung memicu gelombang perdebatan hangat di berbagai lapisan masyarakat, termasuk hingga ke tingkat daerah. Nama Soeharto selama ini lekat dengan pembangunan ekonomi yang pesat sekaligus isu pelanggaran hak asasi manusia dan praktik korupsi.
Di satu sisi, banyak pihak yang mengapresiasi kontribusi Soeharto dalam pembangunan infrastruktur dan stabilitas politik serta ekonomi di masa kepemimpinannya. Namun, di sisi lain, kritik keras datang dari kelompok korban pelanggaran HAM dan aktivis pro-demokrasi yang menilai pemberian gelar ini sebagai upaya melupakan sisi gelap sejarah Orde Baru.
Menanggapi dinamika yang membelah masyarakat ini, Hermawan Wahyu Utomo, S.T., M.Si. (MG90), seorang tokoh masyarakat Purworejo yang juga menjabat sebagai Direktur PDAM Tirta Perwitasari Kabupaten Purworejo, Selasa (11/11/2025) memberikan pandangannya.
Hermawan, yang juga merupakan Wakil Ketua Umum Paguyuban Muda Ganesha (MG) periode 2025-2030, memandang pemberian gelar ini sebagai bentuk apresiasi terhadap jasa para tokoh.
"Tanggapan saya tentang pro kontra pemberian gelar kepada pahlawan seperti Bapak Soeharto, kalau kita melihat pemberian gelar itu sebagai bentuk apresiasi, pahlawan-pahlawan atau mereka-mereka yang berjasa dengan plus minusnya saya kira juga sudah bagus dan cocok," ujar Hermawan.
Hermawan berpendapat bahwa fokus harus diarahkan pada aspek positif dan kepahlawanan yang dapat memberi semangat bagi generasi muda.
"Dengan adanya ikon pahlawan itu memberi semangat generasi muda supaya bisa mengikuti jejak kepahlawanannya kemudian juga bisa merubah situasi negara ini menjadi lebih baik tanpa mengotak-ngatik kekurangannya. Jadi kita lihat dari sisi positifnya, dari sisi heronya, dari sisi manfaat ke negara dan bangsa itu," tegasnya.
Khusus mengenai Soeharto, Hermawan mengakui bahwa Presiden ke-2 RI tersebut memang tokoh yang kontroversial. Namun, ia menekankan bahwa jasa-jasa beliau tidak dapat dipungkiri.
"Bapak Soeharto bisa membawa masa-masa orde lama dengan tanda petik agak ke blok timur menjadi negara yang non-blok dan banyak membangun kemudian juga bisa menggerakkan pertumbuhan perekonomian," jelasnya.
Hermawan juga menambahkan bahwa generasi muda perlu bersikap objektif dan melihat konteks masa lalu yang berbeda dengan masa kini. Terkait kritik terhadap Orde Baru dari sisi demokrasi, ia menilai hal itu terjadi karena situasi pada saat itu memang menuntut sikap yang keras.
Mengenai narasi publik yang terbelah antara pro dan kontra, Hermawan melihat hal tersebut sebagai dinamika yang wajar dalam masyarakat. Ia mengingatkan bahwa tidak ada pemimpin yang sempurna.
"Semua ada plus minusnya tapi disitu juga masyarakat harus objektif, tidak ada pemimpin yang sempurna... dan itu harus dimaklumi," katanya.
Sebagai penutup, Hermawan menyampaikan pesan kepada generasi muda untuk menerapkan filosofi Jawa "Mikul nduwur mendem jero".
"Kita sebagai generasi muda kita 'Mikul nduwur mendem jero' (istilah Jawa yang artinya menjunjung tinggi kebaikan atau kehormatan (mikul duwur) sambil memendam dalam-dalam aib atau kekurangan (mendem jero))," tutupnya, menggarisbawahi pentingnya menghormati jasa dan kebaikan para pemimpin bangsa.
Selain Soeharto, Gus Dur, dan Marsinah, berikut adalah daftar lengkap 10 tokoh yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional 2025:
1. Abdurrahman Wahid
2. Jenderal Besar TNI Soeharto
3. Marsinah
4. Mochtar Kusumaatmaja
5. Hajjah Rahma El Yunusiyyah
6. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo
7. Sultan Muhammad Salahuddin
8. Syaikhona Muhammad Kholil
9. Tuan Rondahaim Saragih
10. Zainal Abidin Syah. (HH)
Mustakim
www.jejakkasusgroup.co.id


Social Header