Timor Tengah Selatan, NTTJejakkasus.Id – Seiring waktu, keluhan masyarakat terkait pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), terus bermunculan. Permasalahan utama yang disoroti adalah kondisi akses jalan dan lambatnya realisasi pembangunan di berbagai sektor.
Namun, ironisnya, meski keluhan itu nyata dan meluas hingga ke tingkat kecamatan dan desa-desa, banyak warga memilih diam atau menggunakan identitas samaran karena dihantui rasa takut. Fenomena penggunaan akun anonim menjadi hal yang umum, karena mereka khawatir akan dampak sosial maupun politik jika menyampaikan suara secara terbuka.
Salah satu contoh terbaru datang dari sebuah akun anonim yang menuliskan keluh kesah mengenai penyuluhan dan kondisi terkini di desa hasil pemekaran, yakni Desa Fatu Basmuti — yang sebelumnya merupakan bagian dari Desa Basmuti. Dalam unggahan tersebut, disebutkan bahwa masih banyak ketimpangan dan ketidakjelasan arah pembangunan di desa tersebut.
Banyak warga berharap agar pihak-pihak yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk membela kepentingan rakyat — baik dari pemerintah daerah, DPRD, maupun lembaga pengawas — bisa turun langsung ke lapangan. Kehadiran langsung dinilai sangat penting untuk melihat realita yang terjadi di masyarakat, bukan hanya menerima laporan dari atas meja.
Keluhan-keluhan semacam ini menunjukkan bahwa suara masyarakat NTT, khususnya TTS, belum sepenuhnya tersampaikan secara terbuka. Diperlukan ruang demokrasi yang lebih aman dan terbuka agar masyarakat bisa menyuarakan aspirasi tanpa rasa takut, demi kemajuan dan keadilan pembangunan di seluruh pelosok Nusa Tenggara Timur.
Narasumber : Yuzman Kase
Jurnalis. : MSr



Social Header